KONSEP KESEHATAN MENTAL
Memahami konsep kesehatan kita tidak pernah lupa dan tidak pernah dapat dilepaskan dari pengaruh sejarah dan kemajuan kebudayaan. Sepanjang sejarah makna sehat dan sakit ternyata sangat dipengaruhi dengan peradaban.
Budaya barat dan timur ternyata memiliki perbedaan yang mendasar mengenai konsep sehat dan sakit. Perbedaan ini kemudian mempengaruhi sistem pengobatan di kedua kebudayaan. Akibatnya,pandangan mengenai kesehatan mental juga berbeda. Namun dengan kemajuan teknologi dan komunikasi yang membuat relasi antar manusia semakin mengglobal, pertemuan kebudayaan ini tidak lagi dapat dihindari sehingga sekarang ini ditemui berbagai cara penanganan kesehatan yang mencoba mengintegrasikan system pengobatan antara kedua kebudayaan.
A.PENGARUH BUDAYA TERHADAP KONSEP SEHAT DAN SAKIT SERTA IMPLIKASINYATERHADAP PERILAKU
Pengertian kesehatan
Memahami pengertian health, yang di terjemahkan kedalam bahasa Indonesia sebagai “kesehatan”(echols & shadily, 1981) tidaklah sesederhana seperti yang telah di bayangkan.ambilah waktu sejenak agar menyadari pemahaman anda sendiri mengenai istilah “sehat” atau “kesehatan”(health) itu ? ternyata pengertian kesehatan sangat beragam ungkapannya. Pengertian sehat atau kesehatan menurut dokter mungkin sedikit banyak akan berbeda dengan perawat,fisioterapis,apoteker atau tenaga para medis lainnya.
Tetapi sebagian besar orang bahkan mahasiswa psikologi mendefinisikan arti sehat atau kesehatan lebih berfokus pada masalah fisik, seperti misalnya bebas dari penyakit dan cacat atau berfungsinya alat – alat tubuh secara penuh sehingga orang dapat melakukan aktifitas sehari – harinya.
Apakah kesehatan bisa di mengerti secara sederhana, yaitu sebagai suatu keadaan tidak adanya penyakit ? mungkin demikian, karena didalam buku teks klasik,Harrison’s principles of internal medicine yang bermuat kompendium mengenai penyakit, tidak pernah memuat petunjuk – petunjuk untuk memulihkan dan menjaga kesehatan.
Dalam buku ini memuat deskripsi bagaimana mengobati penyakit – penyakit tertentu. Sedangkan sehat dan kesehatan tidak pernah dibahas seara eksplisit sehingga istilah kesehatan bahkan tidak tercantum di dalam indeks buku tersebut(joesoef, 1990), freund(1991)dengan mengutip the international dictionary of medicine and biology, mendefinisikan kesehatan sebagai “suatu kondisi yang dalam keadaan baik dari suatu orgasme dan sebagainya,yang dicirikan oleh fungsi yang normal dan tidak adanya penyakit”, juga sampai pada kesimpulan mengenai kesehatan sebagai suatu keadaan tidak adanya penyakit sebagai salah satu cirri bila orgasme di sebut sehat.pemahaman mengenai kesehatan umumnya masih berfokus pada masalah fisik dan sangat erat untuk bertitik tolak pada masalah ada atau tidaknya penyakit. Itulah yang menjadi alasan mengapa konsep mengenai penyakt(illness) juga menjadi pembahasan.
Kams lainnya tampaknya mengartikan kesehatan(health) mirip sekali dengan pengertian kesehatan yang di ungkapkan oleh freund tersebut yaitu sebagai, 1. Condition of a person’s body or mind. 2. State of being well and free from illness(hornby,1989) menyangkut segi lainnya selain fisik, yaitu sudah memasukan unsure jiwa dan keadaan sejahtera, yang tentunya tidak terlepas dari problem psikologi.
Selanjutnya, pengertian mengenai kesehatan umumnya dimengerti sebagai hal yang bersifat fisik dan kurang memperhatikan hal – hal yang bersifat mental bisa di pahamikarena hal – hal fisik lebih mudah diamati karena tampak dalam realita sehingga lebih mudah disadari oleh individu di banding hal yang bersifat psikis.dan dalam sejarahnya juga manusia lebih berjuang untuk membebaskan diri dari segala bentuk penyakit – penyakit fisik.
2. Pengaruh budaya terhadap konsep kesehatan
Pengertian kesehatan menurut WHO tampaknya juga mengalami perkembangan menjadi kompleks. Kemudian WHO juga mendefinisikan kesehatan sebagai: “…keadaan (status) sehat utuh secara fisik, mental(rohani) dan social, dan bukan hanya suatu keadaan yang bebas dari penakit, cacat dan kelemahan …….”(smet, 1994). Adapun pengertian tersebut menyebabkan kebijakan di bidang keshatan mengalami perubahan dahulu segala upaya dilakukan dngan tujuan untuk menyembuhkan/mengobati penyakit.stelah berbagai macam dan berbagai macam temuan teknologi di upayakan dapat kearah penyembuhan. Yang akibatnya berbagai teknologi modern diketemukan sehingga berbagai macam penyakt dan gangguan lainnya bisa diatasi
Pergeseran teknologi modern tersebut membuka peluang bagi lmu – ilmu social umumnya dan ilmu – ilmu perilaku. Khususnya untuk memberikan sumbangan bagi upaya – upaya tersebut. Dan bidang – bidang baru sudah mulai bermunculan, seperti sosiologi kesehatan, anthropologi kesehatan, psikologi kesehatan, dan masih banyak lagi
Perhatian mengenai kesehatan dalam kaitannya dengan keanekaragaman budaya juga menjadi salah satu bidang kajian yang diminati oleh psikologi lintas budaya(berry, 1999)
Sebagai perbandingan, bidang psikologi (kepribadian) sekarang ini mengembangkan pandangan yang baru mengenai apa yang disebut sebagai “kepribadian sehat”. Pandangan ini berbeda dengan pandangan psikologi yang tradisionalis (misalnya psikoanalisa dan behaviorisme) dalam memandang kodrat manusia. Pada psikologi tradisionalis, konsep tentang sehat kurang lebih mirip dengan konsep mengenai kesehatan seperti yang dikemukakan diatas yaitu, tidak adanya gejala – gejala yang cukup untuk memasukan individu kedalam kategori gangguan (kepribadian) tertentu. Atau dengan kata lain, kepribadian sehat yang mempunyai titik tolak dari apakah individu tersebut berbeda dari mereka yang nyta – nyata terganggu atau tidak. Di lihat dari sudut pandang statistik, kepribadian sehat adalah kepribadian individu umumnya, yang bila digambarkan secara statistik berada didalam kurva normal, sementara kepribadian yang tidak sehat adalah kepribadian yang berada di luar kurve normal tersebut.
Oleh karena itu, untuk membedakan pengertian sehat yang dipakai oleh umum dengan sehat yang betul – betul sehat, pandangan ini memprkenalkan “adisehat”atau “adinormal” untuk mengelompokkan orang – orang yang berbeda dari masyarakat umumnya tetapi yang betul – betul mampu mengaktualkan segenap potensi yang dimilikinya (Schultz, 1993).
3. model – modl kesehatan : antara model barat dan timur
Menurut eisenberg (helman, 1990). Yang dimaksud dengan model adalah cara dapat merekonstruksi realita, memberikan makna kepada fenomena- fenomena alam yang pada dasarnya bersifat chaos. Sekali model telah di tetapkan, model tersebut akan bertindak melakukan verifikasi terhadap model itu sendiri dengan cara mengeluarkan atau mengabaikan fenomena yang berada di luar sudut pandang pengguna model tersebut.
Model sangat berguna dalam memahami suatu realita, tapi karena sifatnya yang cenderung melakukan simplikasi terhadap realita yang sebenarnya kompleks, maka dimungkinkan adanya bermacam – macam model untuk memahami realita yang sama.
Kemudian pada bidang kesehatan terdapat dua model utama dalam memahami kesehatan, yaitu model barat dan model timur. Kedua model tersebut memang dipengaruhi oleh budaya barat dan budaya timur yang jelas pada dasarnya memiliki perbedaan besar. Namun didalam model – model tersebut tersenndiri terdapat variasi yang dapat disebabkan karena adanya perbedaan budaya di antara kedua model tersebut.
Model kesehatan barat dapat dibedakan menjadi bebeapa macam, yaitu model biomedis atau juga sering disebut sebagai model medis (joesoef, 1990; freund, 1991; helman, 1990; tamm, 1993). Model psikiatris(helman, 1990) dan model psikosomatis (tamm, 1993)’ model kesehatan timur umumnya disebut model kesehatan holistic(joesoef, 1990) yang menekankan pada keseimbangan (helman, 1990).
Model biomedis berakar jauh pada pengobatan tradisional yang berada di yunani. Pengobatan ini dipengaruhi oleh filosofi yunani, terutama dari pemikiran plato dan aristoteles yang bersifat abstrak dan sistematis serta dijalankan dengan rasional dan logis.konsepsi mengenai dunia pada dasarnya bersifat dualistik sehingga manusia dapat dibedakan menjadi fisiologis(fisik) dan psikologi(jiwa). Cara pandang yang sedemikian ini memengaruhi dunia barat sampai beberapa abad kemudian. Yang dapat ditemui kembali jejaknya pada Descartes.
Perkembangan ilmu biologi yang pesat, lebih – lebih degan diketemukannya virus dan bakteri sebagai sumber terjadinya penyakit. Menyebabkan model biomedis ini berkembang dengan sangat pesat dan memengaruhi konsep manusia mengenai kesehatan dibarat. Sejak itu penyakit dan kesehatan semata – mata dihubungkan dengan kebutuhan fisiolois saja.berbagai upaya dilakukan untuk menjadikan tubuh tetap sehat.
Model biomedis (freund 1991) memiliki 5 asumsi :
Asumsi yang pertama adalah bahwa terdapat perbedaan yang nyata antara tubuh dan jiwa sehingga penyakit diyakikni beada pada suatu bagian tubuh tertentu.
Asumsi kedua adalah penyakit dapat di reduksi pada gangguan fungsi tubuh, entah secara biokimia atau neurofisiologis(physical reductionism).
Asumsi ketiga adalah keyakinan bahwa setiap penyakit disebabkan oleh suatu agen khusus yang secara potensial dapat diidentifikasi(specific etiology)
Asumsi keempat adalah melihat tubuh sebagai suatu mesin (sama dengan keterangan sebelumnya )
Asumsi kelima adalah mempunyai konsep bahwa tubuh adalah obyek yang perlu diatur dan dikontrol.dan adapun asumsi ini merupakan kelanjutan dari asumsi bahwa tubuh adalah suatu mesin yang perlu mendapatkan pemeliharaan.
model psikiatris (helman, 1990), sebenarnya masih berkaitan dengan modl biomedis. Model ini pada dasarnya masih mendasari diri pada pencarian bukti – bukti fisik dari suatu penyakit dan penggunaan treatmen fisik(obat – obatan atau pembedahan) untuk mengoreksi abnormalitas. Naun model ini menunjukan dengan jelas adanya modl – model yang saling bertentangan yang digunakan oleh psikiater yang berbeda untuk menjelaskan gangguan psikosis. Model – model tersebut meliputi : model organic yang menekankan pada perubahan fisik dan biokimia di otak; model psikodinamik yang berkonsentrasi pada factor –faktor pekembangan dan pengalaman; model behavioral yang menyatakan bahwa psikosis terjadi karena banyak kemungkinan lingkungan; dan model social yang menekankan gangguan dalam rangka performanya.
Model psikosomatis (tamm, 1993), merupakan model yang muncul kemudian karena adanya ketidakpuasan terhadap model biomedis. Model ini dikembangkan oleh Helen flanders dunbar sekitar tahun 1930an.model ini muncul setelah jurang anta aspek – aspek biologis dan psikologis terjembatani oleh karya Sigmund freud (ketidaksadaran0, ivan Pavlov (respon terkondisi, dan WB cannon (reaksi serang dan kabur). Gerakan psikosomatik ini dimulai di jerman dan Austria pada tahun 1920an,menyebar kebanyak Negara di eropa, kemudian dengan adanya migrasi ke amerika (seperti frans Alexander) minat terhadap gangguan psikosomatik ini pun turut terbawa kesana.
Model psikosomatik ini menyatakan bahwa tidak ada penyakit somatic yang tanpa disebabkan oleh ateszenden emosional dan atau social. Sebaliknya tidak ada penyakit psikis yang tidak disertai oleh simtom – simtom somatic
Menurut model psikosomatik ini, penyakit berkembang melalui saling terkait secara berkesinambungan antara factor fisik dan mental yang saling memperkuat satu sama lain melalui jaringan yang kompleks. Penyembuhan penyakit diasumsikan terjadi melalui cara yang sama juga.
4. pemahaman tentang penyakit
Istilah penyakit memiliki makna berbeda karena berasaldari kata yang berbeda. Yaitu illness dan disease. Cassel (helman, 1990) menggunakan kata illness untuk menyatakan apa yang dirasakan oleh pasien ketika dia dating ke dokter dan disease untuk yang menyatakan bahwa apa yang dibawa si pasien kerumah setelah dari ruang dokter. Dengan demiian penyakit disease adalah sesuatu yang memiliki organ, sedangkan penyakit illness adalah sesuatu yang dimiliki manusia. Yaitu respons subjektif pasien dan segala sesuatu yang meliputinya.
Sejalan dengan pendapat cassel, kleimann’s (freund, 1991) mendefinisikan disease mengacu pada kondisi biofisik-masalah seperti yang dilihat dari erspektif praktisi biomedis. Sebaliknya, illness mengacu pada bagaimana orang yang sakit dan anggota keluarganya atau jaringan social yang lebih luas merasakannya.hidup dengan dan bereaksi terhadap simtom – simtom dan ketidakmampuannya.
Kesulitan muncul karena dokter yang dididik dengan sisitem pengobatan barat terlatih pada konsep penyakit dalam pengertian disease,sehingga mereka kurang mampu menangani penyakit dalam pengertian illness. Maka sebaliknya penyakit disease itu yang sama mungkn diartikan secara sangat berbeda dari dua pasien berlatar belakang budaya yang berbeda sehingga bisa mendapatkan treatmen yang berbeda pula. Misalnya,gejala flu dibarat mendapatkan perhatian yang cukup serius,sedangkan pada negeri kita flu itu di anggap sebagai penyakit yang wajar.
5. implikasi perbedaan konsep kesehatan dan penyakit terhadap perilaku
Penyembuh atau orang yang berperan mengobati pada system pengobatan barat dibedakan antara dokter dan psikolog. Dokter itu yang bertugas untuk mengobati pasien secara kebutuhan akan fisiologisnya sedangkan psikolog bertugas untuk mengobati klien secara kebutuhan akan psikisnya(joesoef, 1990). Bahkan karena pengaruh pandangan dualism tubuh dan jiwa ini.hampir – hampir para dokter tidak bersinggungan sama sekali dengan sang psikolog dan mereka bekerja pada bidang yang sama sekali berbeda.hal ini berbeda pada pengobatan di timur dimana penyembuh biasanya dilakuka oleh tokoh setempat seperti pendeta atau dukun atau imam. Kemudian peranan penyembuh disini bukan menyembuhkan dari segi fisiologis saja, tetapi menyeluruh meliputi mental,moral, dan spiritual.
Diagnosis.gangguan yang sama bisa dilaporkan dengan gejala yang berbeda.depresi, misalnya (matsumoto, 1994)mengutip pendapat leff yang menyatakan bahwa budaya bermacam – macam dalam membedakan dan mengkomunikasikan terminology emosional sehingga mempengaruhi bagaimana mengalami dan mengekspresikan depresi. Marsella menyatakan bahwa depresi itu gejala utamanya mengambil bentuk afektif dalam budaya dalam orientasi objektif yang kuat(budaya yang menekankan pada individualitas). Adapun pada budaya tersebut peasaan kesepian dan terisolasi atas mendominasi akan gambaran simtom. Sedangkan simotom somatic itu seperti sakit kepala akan dominan dalam budaya subjektif(yang memiliki struktur yang lebih bersifat komunal).
Treatmen.pengobatan system barat bertumpu pada pemberian obat (antibiotic)atau pembedahan pada bagian – bagian tubuh yang sakit.
Plaseho pada pengobatan barat memiliki konotasi yang negative(benson dan proctor, 2000)sehingga sering kali dicoba untuk dihilangkan atau diminimalkan pengaruhnya oleh dokter pengobatan barat.
Relasi dokter – pasien pada system pengobatan barat bercirikan mekanistik,impersonal, dan rediksionistik. Dokter mengambil sikap lebih tahu dari pasien. Superior serta penentu keputusan. Sementara asien mengambil sikap pasif serta diharapkan menuruti apa yang dimaui oleh dokter.hubungan dari pasien dan dokter itu biasanya bersifat dingin, dokter berpusat ada hanya menangani sumber sakitnya saja. Hubungan ini pun tercerminlewat desain bangunan rumah sakit yang menempatkan pasien pada control yang rendah dan diharapkan bersifat pasif(veitch & arkkelin, 1995)
B. BERBAGAI PEMAHAMAN MENGENAI KESEHATAN MENTAL
di dalam bagian ini tulisan yang ditulis pada sebelumnya bertujuan semakin mempertajam berbagai pandangan mengenai apa itu yang disebut sehat atau normal secara mental, dan sebaliknya apa yang dimaksud dengan terganggu, sakit atau tidak normal secara mental.
1.ciri – ciri tingkah laku yang normal atau sehat
menggambarkan biasanya relative agak sulit dibanding dengan tingkah laku yang tidak normal.
Adapun ciri – ciri individu yang normal atau sehat(warga, 1983) pada umumnya adalah sebagai berikut :
1. Bertingkah laku menurut norma – norma social yang diakui
2. Mampu mengelola emosi
3. Mampu mengaktualkan potensi – potensi yang dimilikinya
4. Dapat mengikuti kebiasaan – kebiasaan social.
5. Dapat mengenali resiko dari setiap perbuatan dan kemampuan tersebut digunakan untuk menonton tingkah lakunya
6. Mampu menunda keinginan sesaat untuk mencapai tujuan jangka panjang
7. Mampu pelajar dan pengalaman
8. Biasanya gembira
Harber dan runyon (1984), menyebutkan sejumlah ciri individu yang bisa dikelompokan sebagai normal adalah sebagai berikut :
1. sikap terhadap diri sendiri. Mampu menerima diri sendiri apa adanya, memiliki idntitas diri yang jelas,mampu menilai kelebihan dan kekurangan diri sendiri secara realistis.
2. Persepsi terhadap realita. Pandangan yang realistis terhadap diri sendiri dan dunia sekitar yang meliputi orang lain maupun segala sesuatunya.
3. Integrasi. Kepribadian yang menyatu dan harmonis, bebas dari konflik – konflik batin yang mengakibatkan ketidakmampuan dan memiliki toleransi yang baik terhadap stress
4. Kompetensi. Mengembangkan keterampilan mendasar berkaitan dengan aspek fisik,intelektual ,emosional, dan social untuk dapat melakukan koping terhadap masalah – masalah kehidupan.
5. Otonomi. Memiliki ketetapan diri yang kuat, bertanggung jawab, dan penentuan diri dan memiliki kebebasan yang cukup terhadap pengaruh sosia
6. Pertumbuhan dan aktualisasi diri. Mengembangkan kecenderungan kea rah peningkatan kematangan,pengembangan potensi,dan pemenuhan diri sebagai seorang pribadi
7. Relasi interpersonal. Kemampuan untuk membentuk dan memelihara relasi interpersonal yang intim
8. Tujuan hidup. Tidak terlalu kaku untuk mencapai kesempurnaan, tetapi membuat tujuan yang realistic dan masih didalam kemampuan individu.
2. 1. Kholil Rochman Lur. 2010. Kesehatan Mental. Purwokerto : Fajar Media Press.
. 2. Kholil Rochman Lur. 2010. Kesehatan Mental. Purwokerto : Fajar Media Press.
3. Sutardjo A. Wiramihardja. 2010. Pengantar Psikologi Abnormal. Bandung : Refika Aditama.