Minggu, 25 Maret 2012

kepribadian menurut sigmund freud dan erickson


Teori Perkembangan Menurut Erikson & Freud
Teori psikoanalisa menurut Freud
mengenai dapat diikhtisar dalam rangka struktur, dinamika dan perkembngan kepribadian.
1. Struktur Kepribadian
Menurut Freud kepribadian terdiri atas 3 sistem atau aspek, yaitu:
1. Das es (id), yaitu aspek biologis
2. Dan ich (ego), yaitu aspek psikologis
3. Das ueber ich (super eego), yaitu aspek sosiologis
Kendatipun ketiga aspek itu masing – masing mempunyai fungsi, sifat, komponen, prinsip kerja, dinamika sendiri sendiri, namun ketiganya beerhubungan dengan rapat sehingga sukar (tidak mungkin) untuk memisah – misahkan pengaruhnya terhadap tingkah laku manusia; tingkah laku selalu merupakan hasil dari ketiga aspek itu.
1. Das es
Das es atau dalam bahasa inggris the id disebut juga oleh Freud system der unbewussten. Aspek ini adalah aspek biologis dan merupakan sistem yang original di dalam kepribadian; dari aspek inilah kedua aspek yang lain tumbuh. Freud menyebutnya juga realitas psikis yang sebenar – benarnya (the true psychic reality), oleh karena itu das es merupakan dunia batin atau subjektif manusia, dan tidak mempunyai hubungan langsung dengan dunia objektif.
2. Das ich
Das ich atau dalam bahasa inggris the ego disebut juga system der bewussten-vorbewussten. Aspek ini adalah aspek psikologis dari kepribadian dan timbul karena kebutuhan organisme untuk berhubungan secara baik dengan dunia kenyataan (realitat). Perbedaan yang pokok antara das es dan das ich, yaitu kalau das es itu hanya mengenal dunia subjektif (dunia batin) maka das ich dapat membedakan sesuatu yang hanya didalam batin dan sesuatu yang ada didunia luar (dunia objektif, dunia realitas).
3. Das ueber ich
Das ueber ich adalah aspek sosiologi kepribadian, merupakan wakil dari nilai – nilai tradisional serta cita cita masyarakat sebagaimana ditafsirkan orang tua kepada anak anaknya, yang diajarkan dengan berbagai perintah dan larangan. Das ueber ich lebih merupakan kesempurnaan daripada kesenangan; karena itu das ueber ich dapat pula dianggap sebagai aspek moral kepribadian. Fungsinya yang pokok ialah menentukan apakah sesuatu benar atau salah, pantas atau tidak, susila atau tidak dan demikian pribadi dapat bertindak sesuai dengan moral masyarakat.
Dinamika Kepribadian
Freud sangat terpengaruhi oleh filsafat determinisme dan positivisme abad XIX dan menganggap organisme manusia sebagai suatu kompleks sistem energi, yang meemperoleh energinya dari makanan serta mempergunakannya untuk bermacam – macam hal: sirkulasi, pernafasan, gerakan otot otot, mengamati, mengingat, berfikir, dan sebagainya. Sebagaimana ahli – ahli ilmu alam abad XIX yang mendefinisikan energi berdasarkan lapangn kerjanya, maka Freud menamakan energi dalam bidang psike ini energi psikis (psychic energy). Menurut hukum penyimpanan tenaga (concervation of energy) maka energi dapat berpindah dari satu tempat ke tempat lain, tetapi tidak dapt hilang. Berdasar pada pemikiran itu Freud berpendapat, bahwa energi psikis dapat dipindahkan ke energi fisiologis dan sebaliknya. Jembatan antara energi tubuh dengan kepribadian ialah das es dengan instink – intinknya.
Perkembangan Kepribadian
Freud umumnya dipandang sebagai ahlli yang pertama – tama mengutamakan aspek perkembangan (genetis) daripada kepribadian dan terutama yang menekankan peranan yang menentukan daripada tahun – tahun permulaan masa kanak – kanak dalam meletakan dasar – dasar struktur kepribadian. Freud berpendapat bahwa pada dasarnya kepribadian telah terbentuk pada akhir tahun kelima, dan perkembangan selanjutnya sebagian besar hanya merupakan penghalusan terhadap struktur dasar itu. Kesimpulan yang demikian itu diambilnya atas dasar – dasar pengalamannya dalam melakukan psikoanalisis. Penyelidikan dalam hal ini selalu menjurus ke arah masa kanak – kanak, yaitu masa yang mempunyai peran menentukan dalam hal timbulnya neurosis pada tahun – tahun yang lebih kemudian. Freud beranggapan bahwa kanak – kanak adalah ayahnya manusia (The Child Is the Father of Man). Dalam menyelidiki masa kanak – kanak ini Freud tidak langsung menyelidiki kanak – kanak, akan tetapi membuat rekonstruksi atas dasar ingatan orang dewasa mengenai masa kanak – kanaknya.
Pandangan Erikson Terhadap Teori Kepribadian
Erikson adalah seorang Freudian dan penulis utama dari psikologi ego. Artinya Erikson pada dasarnya menerima gagasan Freud termasuk gagasan yang belum pasti seperti oedipal complex, dan juga menerima gagasan tentang ego yang didukung oleh para pendukung setia Freudian seperti Heinz Haertmann dan tantu saja Anna Freud. Teori Erikson lebih banyak dipengaruhi oleh antropologi dan berorientasi pada budaya.
Erikson memandang identitas ego sebagai polaritas dari apa seseorang itu menurut perasaan dirinya sendiri dan apa seseorang itu menurut anggapan orang lain. Seseorang yang mencapai identitas memperoleh rasa memiliki. Erikson juga memandang jika masa lampau seseorang memiliki makna bagi masa depannya, maka akan terdapat kesinambungan perkembangan yang direfleksikan oleh tahap-tahap perkembangan, masing-masing tahap perkembangan berhubungan dengan tahap-tahap perkembangan yang lainnya
Ego Kreatif
Erikson memandang ego sebagai kemampuan seseorang untuk menyesuaikan diri secara kreatif dan otonom. Erikson menjelaskan bahwa ego itu mempunyai kreativitas dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya, tidak hanya ditentukan oleh faktor internal yang berasal dari dalam diri individu, tetapi juga ditentukan oleh factor sosial dan budaya tempat individu itu berada.
Erikson menggambarkan adanya sejumlah kualitas yang dimiliki ego, yang tidak ada pada psikoanalisis Freud, yakni kepercayaan dan penghargan, otonomi dan kemauan, kerajinan dan kompetensi, identitas dan kesetiaan, keakraban dan cinta, generativitas dan pemeliharaan, serta integritas. Ego semacam itu disebut juga ego-kreatif, ego yang dapat menemukan pemecahan kreatif atas masalah pada setiap tahap kehidupan. Apabila menemui hambatan atau konflik, ego tidak menyerah tapi bereaksi dengan menggunakan kombinasi antara kesiapan batin dan kesempatan yang disediakan oleh lingkungan. Ego bukan budak tetapi justru menjadi pengatur id, superego, dan dunia luar. Jadi, ego di samping hasil proses faktor-faktor genetik, fisiologik, dan anatomis, juga dibentuk oleh konteks kultural dan historis.
Teori ego Erikson yang dapat dipandang sebagai pengembangan dari teori perkembangan seksual-infantil dari Freud, mendapat pengakuan yang luas sebagai teori yang khas, berkat pandangannya bahwa perkembangan kepribadian mengikuti prinsip epigenetic. Bagi organisme, untuk mencapai perkembangan penuh dari struktur biologis potensialnya, lingkungan harus memberi stimulasi yang khusus. Menurut Erikson, fungsi psikoseksual dari Freud yang bersifat biologis juga bersifat epigenesist, artinya psikoseksual untuk berkembang membutuhkan stimulasi khusus dari lingkungan,dalam hal ini yang terpenting adalah lingkungan sosial.
Sama seperti Freud, Erikson menganggap hubungan ibu anak menjadi bagian penting dari perkembangan kepribadian. Tetapi Erikson tidak membatasi teori hubungan id-ego dalam bentuk usaha memuaskan kebutuhan id oleh ego. Menurutnya, situasi memberi makan merupakan model interaksi sosial antara bayi dengan dunia luar. Lapar jelas manifestasi biologis, tetapi konsekuensi dari pemuasan id (oleh ibu) itu akan menimbulkan kesan bagi bayi tentang dunia luar. Dari pengalaman makannya, bayi belajar untuk mengantisipasi interaksinya dalam bentuk kepercayaan dasar (basic trust), yakni mereka memandang kontak mata dengan manusia sangat menyenangkan karena pada masa lalu hubungan semacam itu menimbulkan rasa aman dan menyenangkan. Sebaliknya, tanpa basic trust, bayi akan mengantisipasi interaksi interpersonalnya menimbulkan frustasi dan rasa sakit.
Ciri khas psikologi ego dari Erikson dapat diiringkan sebagai berikut.
1. Erikson menekankan kesadaran individu untuk menyesuaikan diri dengan pengaruh sosial. Pusat perhatian psikologi ego adalah kematangan ego yang sehat, alih-alih konflik salah satu suai yang neurotik.
2. Erikson berusaha mengembangkan teori insting dari Freud dengan menambahkan konsep epigenetic kepribadian.
3. Erikson secara eksplisit mengemukakan bahwa motif mungkin berasal dari impuls id yang tak sadar, namum motif itu bisa membebaskan diri dari id, membangun system kerja sendiri yang terlepas dari sistem kerja id.
4. Erikson menganggap ego sebagai sumber kesadaran diri seseorang. Selama menyesuaikan diri dengan realitas, ego mengembangkan perasaan berkelanjutan diri dengan masa lalu dari masa yang akan datang.
2. Teori Kepribadian Erik Erikson
Erik Erikson lahir di kota Frankfurt, Jerman tanggal 15 Juni 1902.Erikson adalah seorang Freudian dan penulis utama psikologi ego. Artinya erikson pada dasarnya menerima gagasan Freud termasuk gagasan yang belum pasti seperti oedipal complex ,dan menerima gagasan tentang ego yang didukung oleh para pendukung setia Freudian . Erikson memandang identitas ego sebagai polarisasi dari seseorang itu menurut perasaan dirinya sendiri dan apa seseorang itu menurut anggapan orang lain.
Ego Kreatif
Erikson memandang ego sebagai kemampuan seseorang untuk menyesuaikan diri secara kreatif dan otonom. Ia menjelaskan bahwa ego ini mempunyai kreativitas dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya, tidak hanya di tentukan oleh faktor internal yang berasal dari dalam diri individu tetapi juga ditentukan oleh faktor sosial dan budaya tempat individu itu berada. Erikson menggambarkan adanya sejumlah kualitas yang dimiliki ego yang tidak ada pada psikoanalisis Freud, yakni kepercayaan , penghargaan otonomi ,kemauan ,kerajinan, kompetensi, identitas , kesetiaan , dll .
Teori Perkembangan Psikososial
Erikson mengatakan bahwa perkembangan itu memiliki prinsip epigenetik , mksdnya adalah prinsip ini menjelaskan bahwa kehidupan organisme yang baru itu berkembang dari sumber yang memiliki identitas yang tidak berbeda dengan organisme yang baru dan bagaimana pun perkembangannya itu bertahap. Perkembangan individu meliputi perkembangan psikososial dan psikoseksual .
Daftar Pustaka:
1. Duane Schultz. 1991. Psikologi Pertumbuhan (Model-Model Kepribadian Sehat). Yogyakarta : Kanisius.
2. Kholil Rochman Lur. 2010. Kesehatan Mental. Purwokerto : Fajar Media Press.

sejarah kesehatan mental

SEJARAH KESEHATAN MENTAL
Sejarah kesehatan mental tidaklah sejelas sejarah ilmu kedokteran.terutama pada masalah mental seseorang bukan merupakan fisik seseorang  yang bisa diamati dan terlihat. Berbeda dengan gangguan fisik yang dapat dengan relatif mudah dideteksi,orang yang mengalami gangguan kesehatan mental paling sering sekli yang tidak terdeksi, di karenakan hal ini karena mereka sehari – hari hidup bersama sehingga tingkah laku – tingkah laku yang mengindikasikan gangguan mental, dianggap hal yang biasa, bukan sebagai gangguan.

Krisis kesehatan mental yang saat ini belum begitu mendapat perhatian yang serius .tingkat pendidikan yang beragam dan terbatasnya ilmu pengetahuan mengenai perilaku manusia turut membawa dampak kurangnya kepekaan masyarakat terhadap anggotanya yang mestinya mendapatkan pertolongan dibidang kesehatan mental. Oleh karena itu, kita bisa mengetahui mengenai sejarah perkembangan kesehatan mental, terutama di amerika dan eropa. Semoga uraian sejarah berikut dapat menjadisebuah referensi berbagai pandangan mengenai kesehatan mental yang saat ini ada diindonesia.


A.      GANGGUAN MENTAL TIDAK DIANGGAP SEBAGAI SAKIT

-          (tahun 1600 dan sebelumnya)
Dukun asli amerika(Indian), sering juga disebut sebagai “penyembuh”(healer,shaman) orang yang mengalami gangguan mental dengan cara memanggil kekuatan supranatural dan menjalani ritual penebusan dan penyucian
Kemudian pandangan masyarakat menganggap bahwa orang yang mengalami gangguan mental adalah karena mereka dimasuki oeh roh – roh yang berada disekitar.setelah itu mereka dianggap melakukan kesalahan kepada roh – roh atau menjadi medium dari roh – roh untuk menyatakan keinginannya. Dan oleh karena itu, mereka sering kali tidak dianggap sakit,sehingga mereka tidak disingkirkan dan di buang serta masih mendapatkan tempat dalam masyarakat.

-           
-          Tahun 1692
Pengaruh para imigran dari eropa yang beragama nasrani,di amerika orang yang memiliki gangguan mental saat itu sering dianggap terkena sihir/guna – guna atau dirasuki setan. Ini merupakan penjelasan yang diterima secara umum sehingga masyarakat takut dan membenci mereka yang dianggap memiliki kekuatan sihir. Adapun kekuatan sihir kemungkinan besar mengalami gangguan mental sehingga hidup mereka tampak aneh dan berbeda bagi kebanyakan orang.
Sebelum abad ke 17,orang gila disamakan dengan penjahat/kriminal, sehingga mereka dimasukan kedalam penjara.
John locke(1690) yang dalam tulisannya yang berjudul an essay concerning understanding, menyatakan bahwa terdapat derajad kegilaan dalam diri semua orang disebabkan karena adanya factor emosi yang memaksa orang tersebut untuk memunculkan ide – ide salah dan tidak masuk akal. Kegilaan adalah ketidakmampuan akal untuk mengeluarkan gagasan yang berhubungan dengan pengalaman secara tepat.

B.      GANGGUAN MENTALDIANGGAP SEBAGAI SAKIT
-          Tahun 1724
Pendeta cotlon mather (1663 – 1728) mematahkan takhayul yang hidup di masyarakat berkaitan dengan sakit jiwa dengan memajukan penjelasan secara fisik mengenai sakit jiwa itu sendiri.dan pada saat ini benih – benih pendekatan secara medis mulai dikenalkan, yaitu dengan memberikan penjelasan masalah kejiwaan(psikey dalam bahasa yunani kuno)sebagai akibat gangguan yang terjadi didalam tubuh.
-          Tahun 1812
Benjamin rush (1745 – 1813) menjadi salah satu pengacara mula – mula yang menangani masalah penanganan manusiawi untuk enyakit mental dengan publikasinya yang berjudul medical inquires and observasitions upon diseases of the mind. Ini merupakan sebuah buku teks psikiatri amerika pertama.

Sekitar antara tahun 1830 – 1860 diinggris timbul optimisme dalam menangani pasien sakit jiwa(therapeutic optimism). Hal ini disebabkan berkembangnya teori dan teknik dalam menangani orang sakit jiwa di rumah sakit jiwa. Kemudian pada tahun 1842 psikeater mulai masuk dan memegang peranan penting dirumah sakit jiwa,menggantikan ahli hukum yang selama ini berperanan. Namun karena penanganan pada masa ini ternyata banyak yang mengalami kegagalan,maka tidaklah lama kemudian muncul masa terapi pesimisme(therapeutic pesinism). Terapi pesimis ini dipengaruhi oleh sosialisasi Darwin yang menyatakan bahwa gangguan mental adalah perkembangan evolusi sehingga merupakan bawaan dan tidak mungkin diubah lagi.


-          Tahun 1843
Kurang lebih terdapat 24 rumah sakit, tapi hanya ada 2.561 tempat tidur yang tersedia untuk menangani penyakit mental di amerika serikat.


-          Tahun 1908
Clifford beers (1876 – 1943) menderita manis depresif pada tahun 1900.dia merupakan lulusan yale dan seorang bisnisman, yang kemudian mengalami gangguan setelah mengalami sakit dan saudara laki – lakinya meninggal. setelah mencoba bunuh diri ,dia dimasukkan ke rumah sakit mental swasta di Connecticut. Dia menjadi subjek penanganan yang sanagat tidak manusiawi dan mengalami penyiksaan fisik dan mental dibawah kekuasaan orang yang tidak terlatih dan tidak kompeten dirumah sakit. Kemudian beers menghabiskan beberapa tahun di berbagai institusi dan mengalami perlakuan yang paling buruk dirumah sakit negeri di Middletown,Connecticut. Penanganan tidak manusiawi yang amat di terimanya di institusi ini mencetuskan keberanian untuk memperbarui perawatan bagi individu yang menderita penyakit mental di amerika serikat. Pada tahun1908 dia menulis buku yang berjudul A mind that found itself, merupakan laporan pengalamannya sendiri sebagai pasien sakit mental dan secara jelas menggambarkan kekejaman lembaga perawatan. Buku tersebut memberikan akibat yang secara segera, menyebarkan visinya mengenai gerakan kesehatan mental. Beers kemudian mendirikan masyarakat Connecticut untuk mental hygiene yang kemudian pada tahun berikutnya berubah menjadi komite nasional untuk mental hygiene(the national committee for mental hygiene),yang merupakan pendahulu asosiasi kesehatan mental nasional(national mental health association) sekarang ini.
Adapun tujuan asosiasi ini adalah untuk :
1.      Memperbaiki sikap masyarakat terhadap penyakit mental dan penderita sakit mental
2.      Memperbaiki pelayanan terhadap penderita sakit mental
3.      Bekerja untuk pencegahan penyakit mental dan mempromosikan kesehatan mental

-          Tahun 1909

Sigmund freud mengunjungi amerika dan mengajar psikoanalisa di universitas clark di Worcester,Massachusetts.

-          Tahun 1910
Emil kraepelin pertama kali yang menggambarkan penyakit Alzheimer. beliau juga lah yang mengembangkan alat tes yang dapat digunakan untuk mendeteksi adanya gangguan epilepsi.
-          Tahun 1918
Asosiasi psikoanalisa amerika membuat aturan bahwa hanya orang yang telah lulus dari sekolah kedokteran dan menjalankan praktek psikiatri yang dapat menjadi calon untuk pelatihanpsikoanalisa

-          Tahun 1920an
Komite nasional untuk mental hygiene menghasilkan satu set model undang – undang komitmen yang dimasukan kedalam aturan pada beberapa Negara bagian. Kemudian komite juga membantu penelitian – penelitian yang berpengaruh pada suatu kesehatan mental, penyakit mental,dan treatmen yang membawa perubahan nyata pada sistem perawatan kesehatan mental.harry stack Sullivan yang mengawasi pasien schizophrenia di rumah sakit Sheppard – pratt hospital menunjukan pengaruh lingkungan terapeutik ketika para pasien dapat dikembalikan ke masyarakat.
Kemudian pada tahun 1920 – 1930 di eropa terjadi perubahan treatmen dalam menangani gangguan mental.adapun perubahan teratmen yang berpengaruh teori freud meliputi :
1.      Treatmen didalam rumah sakit kurang diminati, diganti treatmen yang dilakukan diluar rumah sakit
2.      Treatmen dilakukan tidak memerlukan sertifikasi
3.      Treatmen dilakukan dirumah pasien

-           
-          Tahun 1930-an
Psikeater mulai menginjeksikan insulin yang menyebabkan shock dan koma sementara sebagai suatu treatmen untuk penderita schizofremia.

-          Tahun 1936
Agas moniz yang mempublikasikan suatu laporan mengenai lobotomi frontal manusia yang pertama. Akibatnya antara tahun 1936 sampai pertengahan 1950an, yang diperkirakan 20.000 prosedur pembedahan ini digunakan terhadap pasien mental amerika.

-          Tahun 1940-an
Elektroterapi, yaitu terapi dengan cara mengaplikasikan listrik ke otak.pertama kali digunakan di rumah sakit amerika untuk menangani penyakit mental.kemudian pada tahun 1940 – 1950 dimulainya perawatan masyarakat bagi penderita gangguan mental di inggris.

-          Tahun 1947
Fountain house di new York city memulai rehabilitasi psikiatrik untuk orang yang mengalami sakit mental.

-          Tahun 1950
Di bentuk oleh national association of mental health(NAMH) yang merupakan merger dari tiga organisasi, yaitu national committee for mental hygiene, national mental health foundation, dan psychiatric foundation. Lembaga baru ini melanjutkan misi beers dengan lebih jelas. Melalui program televisi, distribusi literatur dan media lainnya, NAMII melanjutkan mendidik public amerika pada isu – isu kesehatan mental dan mempromosikan kesadaran akan kesehatan mental.

-          Tahun 1952
Obat antipsikotik konvensional pertama, yaitu chlorpromazine, di perkenalkan untuk menangani pasien schizofremia dan gangguan mental utama yang lainnya

-          Tahun 1960-an
Obat –obat antipsikotik konvensional, seperti haloperidol. Digunakan pertama kali bertujuan untuk mengontrol simtom – simtom yang positif(nyata) pada penderita psikosis, yang memberikan ukuran yang nyata dan penting karena membuat pasien tenang. Dan hal ini kemudian menjadi keharusan untuk digunakan pada permulaan bagi pasien yang gaduh dan kacau. Lithium kemudian diketemukan dan menjadi obat yang merevolusi treatmen pagi penderita manis depresif.

Kemudian media inggris juga mulai mengungkapkan kesehatan mental dengan menampilkan orang – orang yang pernah mengalami sakit mental untuk dapat menceritakan pengalaman mereka.dan pada masa ini segala hal yang tabu berkaitan dengan gangguan mental mulai dibuka dan dapat dibicarakan secara umum.

C.      GANGGUAN MENTAL DIANGGAP SEBAGAI BUKAN SAKIT

-          Tahun 1961
Thomas szasz membuat tulisan yang berjudul the myth of mental illness,yang mengemukakan dasar teori yang menyatakan bahwa “sakit mental” sebenarnya tidak betul – betul “sakit”, tetapi merupakan tindakan orang yang secara mental tertekan karena harus bereaksi dengan lingkungan.


-          Tahun 1962
Ada 422.000 orang yang tinggal di rumah sakit untuk perawatan psikiatris di amerika serikat.

-          Tahun 1970
Saat mulainya deinstitusional massal. Pasien dan keluarga mereka kembali pada sumber – sumber mereka sendiri sebagai akibat kurangnya program – program bagi pasien yang telah keluar dari rumah sakit untuk rehabilitasi dan reintegrasi kembali ke masyarakat.


-          Tahun 1979
NAMH menjadi the national mental health association(NMHA)


-          Tahun 1980
Munculnya perawatan yang terencana dan terarah, yaitu dengan cara opname di rumah sakit dalam jangka waktu yang pendek dan treatmen masyarakat menjadi standar bagi perawatan penyakit mental. Hal ini tidak terlepas dari peranan NMHA yang menggalang dukungan dari akar rumput dan bekerja sama dengan pemerintah dalam menghasilkan the mental health systems Act of 1980. Kemungkinan akta tersebut tumbuhnya pusat – pusat kesehatan mental masyarakat amerika yang mengijinkan individu dengan penyakit mental untuk tinggal dalam rumah dan masyarakat mereka dengan masa opname yang pendek.


D.     MELAWAN DISKRIMINASI TERHADAP GANGGUAN MENTAL

-          Tahun 1990
NMHA dapat memainkan peranan penting dalam memunculkan disabilities act, yang melindungi warga amerika yang secara mental dan fisik disable dari diskriminasi pada beberapa wilayah, seperti pekerjaan, akomodasi public,transportasi,telekomunikasi,dan pelayanan pemerintahan pusat dan lokal. Sementara itu, teknologi penggambaran otak digunakan untuk mempelajari perkembangan penyakit mental utama dengan lebih baik lagi.


-          Tahun 1994
Obat antipsikotik atipikal yang pertama diperkenalkan. Hal ini merupakan obat antipsikotik baru pertama setelah hampir 20 tahun penggunaan obat – obatan konvensional.


-          Tahun 1997
Peneliti menemukan kaitan genetic pada gangguan bipolar yang menunujukan bahwa penyakit ini diturunkan.

Dan berdasrkan sejarah kesehatan mental di atas, dapat disimpulkan bahwa ternyata pandangan masyarakat terhadap apa yang disebut sebagai sakit mental/sakit jiwa(psikey disorder)/gangguan mental ternyata berbeda – beda dan dapat mengalami perkembangan dari waktu ke waktu. Makna gangguan mental yang berbeda – beda tersebut membawa implikasi yang berbeda juga dalam menangani individu yang terkena gangguan mental.

Apabila gangguan mental tersebut dapat dipahami sebagai karena mengalami kerasukan roh seperti yang dimaknai oleh masyarakat Indian dan juga sebagian masyarakat Indonesia, individu yang mengalaminya bisa saja malah dipandang memiliki kelebihan yang sangat khusus sehinga mendapat kedudukan khusus di masyarakat.atau seandainya gangguan mental yang terjadi mengganggu kehidupan orang lain, orang yang mengalaminya akan mendapatkan ritual – ritual khusus supaya dapat dipulihkan. Setidaknya, mereka tidak mendapatkan stigma yang negatif, karena masyarakat menanggap mereka tidak sakit sehingga masih dapat menerima kehadiran mereka.
Gangguan mental juga bisa dipahami sebagai kerasukan setan, atau dikarenakan akibat sihir. Biasanya ini karena pengaruh agama monoteis yang dianut oleh masyarakat setempat. Akibatnya perlakuan terhadap individu yang mengalami gangguan mental jadi berbeda.


Kemudian gangguan mental juga bisa dimaknai bukan penakit, tetapi sebagai tindakan kriminal seperti yang pernah dipahami oleh masyarakat inggris. Penderitanya lalu dimasukan dalam penjara dan mendapatkan perlakuan seperti penjahat pada umumnya.


Gangguan mental juga pernah dimaknai sebagai ketidakmampuan untuk berfikir rasional.orang yang terganggu mentalnya di pandang memiliki pola piker irasional. Terutama yang dipengaruhi oleh filsafat rasionalisme dan empirisme yang saat itu memiliki pengaruh yang kuat di eropa. Oleh karena itu gangguan mental masih belum di maknai sebagai sakit.


Dunia medis memberikan pandangan tersendiri terhadap pemahaman mengenai gangguan mental. Dunia medis memandang penderita gangguan mental sebagai betul – betul mengalami sakit. Dunia medis melihat sakit mental sebagai berakar dari sakit berketubuhan. Terutama di otak, sehingga penanganan penderita gangguan mental menjadi mirip penderita sakit fisik.yaitu melalui medikasi,hospitalisasi,bahkan operasi/pembedahan. Selanjutnya pandangan medis ini, sejalan dengan perkembangan ilmu kedokteran dan sampai sekarang ini masih menjadi arus utama yang mempengaruhi pemahaman orang mengenai kesehatan mental.

Seiring berjalannya waktu ilmu perilaku yang semakin berkembang juga memberikan pemahaman tersendiri mengenai gangguan mental. Berdasarkan pandangan ini penderita gangguan mental dimaknai sebagai ketidakmampuan mereka untuk melakukan penyesuaian diri yang sesuai dengan realitanya. Individu terganggu karena memiliki perilaku – perilaku yang yang tidak adaftif.sehingga penangannya adalah dengan mendidik individu yang bersangkutan untuk menghilangkan perilakuyang tidak adaftif dan menggantinya. Dengan perilaku yang lebih adaftif. Menurut pandangan ini, gangguan mental dihubungkan lingkungan(ekologi) individu sehingga pemulihan individuyang besangkutan selalu dikaitkan dengan lingkungannya. Inilah yang menadai penanganan individu yang bergangguan tidak lagi drumah sakit, tetapi di tengah lingkungan keluarganya.

Sejarah kesehatan mental merupakan cerminan pandangan masyarakat terhadap gangguan mental dan perlakuan yang di berikan. Ada beberapa pandangan masyarakat terhadap gangguan mental didunia barat, antara lain :
-          Akibat kekuatan supranatural
-          Di rasuk oleh roh/setan
-          Dianggap criminal karena memiliki derajad kebinatangan yang besar.
-          Dianggap memiliki cara berpikir irasional
-          Dianggap sakit
-          Merupakan reaksi terhadap tekanan/stress, merupakan perilaku maladaptive
-          Melarikan diri dan tanggung jawab

1. Ian P. Albery dan Marcus Munafo. 2011. Psikologi Kesehatan. Yogyakarta : Mitra Setia.

kesehatan mental (softskill)

KONSEP KESEHATAN MENTAL

Memahami konsep kesehatan kita tidak pernah lupa dan tidak pernah dapat dilepaskan dari pengaruh sejarah dan kemajuan kebudayaan. Sepanjang sejarah makna sehat dan sakit ternyata sangat dipengaruhi dengan peradaban.

Budaya barat dan timur ternyata memiliki perbedaan yang mendasar mengenai konsep sehat dan sakit. Perbedaan ini kemudian mempengaruhi sistem pengobatan di kedua kebudayaan. Akibatnya,pandangan mengenai kesehatan mental juga berbeda. Namun dengan kemajuan teknologi dan komunikasi yang membuat relasi antar manusia semakin mengglobal, pertemuan kebudayaan ini tidak lagi dapat dihindari sehingga sekarang ini ditemui berbagai cara penanganan kesehatan yang mencoba mengintegrasikan system pengobatan antara kedua kebudayaan.


A.PENGARUH BUDAYA TERHADAP KONSEP SEHAT DAN SAKIT SERTA IMPLIKASINYATERHADAP PERILAKU

Pengertian kesehatan
Memahami pengertian health, yang di terjemahkan kedalam bahasa Indonesia sebagai “kesehatan”(echols & shadily, 1981) tidaklah sesederhana seperti yang telah di bayangkan.ambilah waktu sejenak agar menyadari pemahaman anda sendiri mengenai istilah “sehat” atau “kesehatan”(health) itu ? ternyata pengertian kesehatan sangat beragam ungkapannya. Pengertian sehat atau kesehatan menurut dokter mungkin sedikit banyak akan berbeda dengan perawat,fisioterapis,apoteker atau tenaga para medis lainnya.
Tetapi sebagian besar orang bahkan mahasiswa psikologi mendefinisikan arti sehat atau kesehatan lebih berfokus pada masalah fisik, seperti misalnya bebas dari penyakit dan cacat atau berfungsinya alat – alat tubuh secara penuh sehingga orang dapat melakukan aktifitas sehari – harinya.

Apakah kesehatan bisa di mengerti secara sederhana, yaitu sebagai suatu keadaan tidak adanya penyakit ? mungkin demikian, karena didalam buku teks klasik,Harrison’s principles of internal medicine yang bermuat kompendium mengenai penyakit, tidak pernah memuat petunjuk – petunjuk untuk memulihkan dan menjaga kesehatan.
Dalam buku ini memuat deskripsi bagaimana mengobati penyakit – penyakit tertentu. Sedangkan sehat dan kesehatan tidak pernah dibahas seara eksplisit sehingga istilah kesehatan bahkan tidak tercantum di dalam indeks buku tersebut(joesoef, 1990), freund(1991)dengan mengutip the international dictionary of medicine and biology, mendefinisikan kesehatan sebagai “suatu kondisi yang dalam keadaan baik dari suatu orgasme dan sebagainya,yang dicirikan oleh fungsi yang normal dan tidak adanya penyakit”, juga sampai pada kesimpulan mengenai kesehatan sebagai suatu keadaan tidak adanya penyakit sebagai salah satu cirri bila orgasme di sebut sehat.pemahaman mengenai kesehatan umumnya masih berfokus pada masalah fisik dan sangat erat untuk bertitik tolak pada masalah ada atau tidaknya penyakit. Itulah yang menjadi alasan mengapa konsep mengenai penyakt(illness) juga menjadi pembahasan.

Kams lainnya tampaknya mengartikan kesehatan(health) mirip sekali dengan pengertian kesehatan yang di ungkapkan oleh freund tersebut yaitu sebagai, 1. Condition of a person’s body or mind. 2. State of being well and free from illness(hornby,1989) menyangkut segi lainnya selain fisik, yaitu sudah memasukan unsure jiwa dan keadaan sejahtera, yang tentunya tidak terlepas dari problem psikologi.

Selanjutnya, pengertian mengenai kesehatan umumnya dimengerti sebagai hal yang bersifat fisik dan kurang memperhatikan hal – hal yang bersifat mental bisa di pahamikarena hal – hal fisik lebih mudah diamati karena tampak dalam realita sehingga lebih mudah disadari oleh individu di banding hal yang bersifat psikis.dan dalam sejarahnya juga manusia lebih berjuang untuk membebaskan diri dari segala bentuk penyakit – penyakit fisik.






2. Pengaruh budaya terhadap konsep kesehatan
Pengertian kesehatan menurut WHO tampaknya juga mengalami perkembangan menjadi kompleks. Kemudian WHO juga mendefinisikan kesehatan sebagai: “…keadaan (status) sehat utuh secara fisik, mental(rohani) dan social, dan bukan hanya suatu keadaan yang bebas dari penakit, cacat dan kelemahan …….”(smet, 1994). Adapun pengertian tersebut menyebabkan kebijakan di bidang keshatan mengalami perubahan  dahulu segala upaya dilakukan dngan tujuan untuk menyembuhkan/mengobati penyakit.stelah berbagai macam dan berbagai macam temuan teknologi di upayakan dapat kearah penyembuhan. Yang akibatnya berbagai teknologi modern diketemukan sehingga berbagai macam penyakt dan gangguan lainnya bisa diatasi
Pergeseran teknologi modern tersebut membuka peluang bagi lmu – ilmu social umumnya dan ilmu – ilmu perilaku. Khususnya untuk memberikan sumbangan bagi upaya – upaya tersebut. Dan bidang – bidang baru sudah mulai bermunculan, seperti sosiologi kesehatan, anthropologi kesehatan, psikologi kesehatan, dan masih banyak lagi
Perhatian mengenai kesehatan dalam kaitannya dengan keanekaragaman budaya juga menjadi salah satu bidang kajian yang diminati oleh psikologi lintas budaya(berry, 1999)
Sebagai perbandingan, bidang psikologi (kepribadian) sekarang ini mengembangkan pandangan yang baru mengenai apa yang disebut sebagai “kepribadian sehat”. Pandangan ini berbeda dengan pandangan psikologi yang tradisionalis (misalnya psikoanalisa dan behaviorisme) dalam memandang kodrat manusia. Pada psikologi tradisionalis, konsep tentang sehat kurang lebih mirip dengan konsep mengenai kesehatan seperti yang dikemukakan diatas yaitu, tidak adanya gejala – gejala yang cukup untuk memasukan individu kedalam kategori gangguan (kepribadian) tertentu. Atau dengan kata lain, kepribadian sehat yang mempunyai titik tolak dari apakah individu tersebut berbeda dari mereka yang nyta – nyata terganggu atau tidak. Di lihat dari sudut pandang statistik, kepribadian sehat adalah kepribadian individu umumnya, yang bila digambarkan secara statistik berada didalam kurva normal, sementara kepribadian yang tidak sehat adalah kepribadian yang berada di luar kurve normal tersebut.
Oleh karena itu, untuk membedakan pengertian sehat yang dipakai oleh umum dengan sehat yang betul – betul sehat, pandangan ini memprkenalkan “adisehat”atau “adinormal” untuk mengelompokkan orang – orang yang berbeda dari masyarakat umumnya tetapi yang betul – betul mampu mengaktualkan segenap potensi yang dimilikinya (Schultz, 1993).


3. model – modl kesehatan : antara model barat dan timur
Menurut eisenberg (helman, 1990). Yang dimaksud dengan model adalah cara dapat merekonstruksi realita, memberikan makna kepada fenomena- fenomena alam yang pada dasarnya bersifat chaos. Sekali model telah di tetapkan, model tersebut akan bertindak melakukan verifikasi terhadap model itu sendiri dengan cara mengeluarkan atau mengabaikan fenomena yang berada di luar sudut pandang pengguna model tersebut.

Model sangat berguna dalam memahami suatu realita, tapi karena sifatnya yang cenderung melakukan simplikasi terhadap realita yang sebenarnya kompleks, maka dimungkinkan adanya bermacam – macam model untuk memahami realita yang sama.

Kemudian pada bidang kesehatan terdapat dua model utama dalam memahami kesehatan, yaitu model barat dan model timur. Kedua model tersebut memang dipengaruhi oleh budaya barat dan budaya timur yang jelas pada dasarnya memiliki perbedaan besar. Namun didalam model – model tersebut tersenndiri terdapat variasi yang dapat disebabkan karena adanya perbedaan budaya di antara kedua model tersebut.

Model kesehatan barat dapat dibedakan menjadi bebeapa macam, yaitu model biomedis atau juga sering disebut sebagai model medis (joesoef, 1990; freund, 1991; helman, 1990; tamm, 1993). Model psikiatris(helman, 1990) dan model psikosomatis (tamm, 1993)’ model kesehatan timur umumnya disebut model kesehatan holistic(joesoef, 1990) yang menekankan pada keseimbangan (helman, 1990).

Model biomedis berakar jauh pada pengobatan tradisional yang berada di yunani. Pengobatan ini dipengaruhi oleh filosofi yunani, terutama dari pemikiran plato dan aristoteles yang bersifat abstrak dan sistematis serta dijalankan dengan rasional dan logis.konsepsi mengenai dunia pada dasarnya bersifat dualistik sehingga manusia dapat dibedakan menjadi fisiologis(fisik) dan psikologi(jiwa). Cara pandang yang sedemikian ini memengaruhi dunia barat sampai beberapa abad kemudian. Yang dapat ditemui kembali jejaknya pada Descartes.

Perkembangan ilmu biologi yang pesat, lebih – lebih degan diketemukannya virus dan bakteri sebagai sumber terjadinya penyakit. Menyebabkan model biomedis ini berkembang dengan sangat pesat dan memengaruhi konsep manusia mengenai kesehatan dibarat. Sejak itu penyakit dan kesehatan semata – mata dihubungkan dengan kebutuhan fisiolois saja.berbagai upaya dilakukan untuk menjadikan tubuh tetap sehat.

Model biomedis (freund 1991) memiliki 5 asumsi :
Asumsi yang pertama adalah bahwa terdapat perbedaan yang nyata antara tubuh dan jiwa sehingga penyakit diyakikni beada pada suatu bagian tubuh tertentu.
Asumsi kedua adalah penyakit dapat di reduksi pada gangguan fungsi tubuh, entah secara biokimia atau neurofisiologis(physical reductionism).
  Asumsi ketiga adalah keyakinan bahwa setiap penyakit disebabkan oleh suatu agen khusus yang secara potensial dapat diidentifikasi(specific etiology)
Asumsi keempat adalah melihat tubuh sebagai suatu mesin (sama dengan keterangan sebelumnya )
Asumsi kelima adalah mempunyai konsep bahwa tubuh adalah obyek yang perlu diatur dan dikontrol.dan adapun asumsi ini merupakan kelanjutan dari asumsi bahwa tubuh adalah suatu mesin yang perlu mendapatkan pemeliharaan.



model psikiatris (helman, 1990), sebenarnya masih berkaitan dengan modl biomedis. Model ini pada dasarnya masih mendasari diri pada pencarian bukti – bukti fisik dari suatu penyakit dan penggunaan treatmen fisik(obat – obatan atau pembedahan) untuk mengoreksi abnormalitas. Naun model ini menunjukan dengan jelas adanya modl – model yang saling bertentangan yang digunakan oleh psikiater yang berbeda untuk menjelaskan gangguan psikosis. Model – model tersebut meliputi : model organic yang menekankan pada perubahan fisik dan biokimia di otak; model psikodinamik yang berkonsentrasi pada factor –faktor pekembangan dan pengalaman; model behavioral yang menyatakan bahwa psikosis terjadi karena banyak kemungkinan lingkungan; dan model social yang menekankan gangguan dalam rangka performanya.

Model psikosomatis (tamm, 1993), merupakan model yang muncul kemudian karena adanya ketidakpuasan terhadap model biomedis. Model ini dikembangkan oleh Helen flanders dunbar sekitar tahun 1930an.model ini muncul setelah jurang anta aspek – aspek biologis dan psikologis terjembatani oleh karya Sigmund freud (ketidaksadaran0, ivan Pavlov (respon terkondisi, dan WB cannon (reaksi serang dan kabur). Gerakan psikosomatik ini dimulai di jerman dan Austria pada tahun 1920an,menyebar kebanyak Negara di eropa, kemudian dengan adanya migrasi ke amerika (seperti frans Alexander) minat terhadap gangguan psikosomatik ini pun turut terbawa kesana.
Model psikosomatik ini menyatakan bahwa tidak ada penyakit somatic yang tanpa disebabkan oleh ateszenden emosional dan atau social. Sebaliknya tidak ada penyakit psikis yang tidak disertai oleh simtom – simtom somatic
Menurut model psikosomatik ini, penyakit berkembang melalui saling terkait secara berkesinambungan antara factor fisik dan mental yang saling memperkuat satu sama lain melalui jaringan yang kompleks. Penyembuhan penyakit diasumsikan terjadi melalui cara yang sama juga.


4. pemahaman tentang penyakit
Istilah penyakit memiliki makna berbeda karena berasaldari kata yang berbeda. Yaitu illness dan disease. Cassel (helman, 1990) menggunakan kata illness untuk menyatakan apa yang dirasakan oleh pasien ketika dia dating ke dokter dan disease untuk yang menyatakan bahwa apa yang dibawa si pasien kerumah setelah dari ruang dokter. Dengan demiian penyakit disease adalah sesuatu yang memiliki organ, sedangkan penyakit illness adalah sesuatu yang dimiliki manusia. Yaitu respons subjektif pasien dan segala sesuatu yang meliputinya.
Sejalan dengan pendapat cassel, kleimann’s (freund, 1991) mendefinisikan disease mengacu pada kondisi biofisik-masalah seperti yang dilihat dari erspektif praktisi biomedis. Sebaliknya, illness mengacu pada bagaimana orang yang sakit dan anggota keluarganya atau jaringan social yang lebih luas merasakannya.hidup dengan dan bereaksi terhadap simtom – simtom dan ketidakmampuannya.

Kesulitan muncul karena dokter yang dididik dengan sisitem pengobatan barat terlatih pada konsep penyakit dalam pengertian disease,sehingga mereka kurang mampu menangani penyakit dalam pengertian illness. Maka sebaliknya penyakit disease itu yang sama mungkn diartikan secara sangat berbeda dari dua pasien berlatar belakang budaya yang berbeda sehingga bisa mendapatkan treatmen yang berbeda pula. Misalnya,gejala flu dibarat mendapatkan perhatian yang cukup serius,sedangkan pada negeri kita flu itu di anggap sebagai penyakit yang wajar.


5. implikasi perbedaan konsep kesehatan dan penyakit terhadap perilaku
Penyembuh atau orang yang berperan mengobati pada system pengobatan barat dibedakan antara dokter dan psikolog. Dokter itu yang bertugas untuk mengobati pasien secara kebutuhan akan fisiologisnya sedangkan psikolog bertugas untuk mengobati klien secara kebutuhan akan psikisnya(joesoef, 1990). Bahkan karena pengaruh pandangan dualism tubuh dan jiwa ini.hampir – hampir para dokter tidak bersinggungan sama sekali dengan sang psikolog dan mereka bekerja pada bidang yang sama sekali berbeda.hal ini berbeda pada pengobatan di timur dimana penyembuh biasanya dilakuka oleh tokoh setempat seperti pendeta atau dukun atau imam. Kemudian peranan penyembuh disini bukan menyembuhkan dari segi fisiologis saja, tetapi menyeluruh meliputi mental,moral, dan spiritual.

Diagnosis.gangguan yang sama bisa dilaporkan dengan gejala yang berbeda.depresi, misalnya (matsumoto, 1994)mengutip pendapat leff yang menyatakan bahwa budaya bermacam – macam dalam membedakan dan mengkomunikasikan terminology emosional sehingga mempengaruhi bagaimana mengalami dan mengekspresikan depresi. Marsella menyatakan bahwa depresi itu gejala utamanya mengambil bentuk afektif dalam budaya dalam orientasi objektif yang kuat(budaya yang menekankan pada individualitas). Adapun pada budaya tersebut peasaan kesepian dan terisolasi atas mendominasi akan gambaran simtom. Sedangkan simotom somatic itu seperti sakit kepala akan dominan dalam budaya subjektif(yang memiliki struktur yang lebih bersifat komunal).

Treatmen.pengobatan system barat bertumpu pada pemberian obat (antibiotic)atau pembedahan pada bagian – bagian tubuh yang sakit.
Plaseho pada pengobatan barat memiliki konotasi yang negative(benson dan proctor, 2000)sehingga sering kali dicoba untuk dihilangkan atau diminimalkan pengaruhnya oleh dokter pengobatan barat.
Relasi dokter – pasien pada system pengobatan barat bercirikan mekanistik,impersonal, dan rediksionistik. Dokter mengambil sikap lebih tahu dari pasien. Superior serta penentu keputusan. Sementara asien mengambil sikap pasif serta diharapkan menuruti apa yang dimaui oleh dokter.hubungan dari pasien dan dokter itu biasanya bersifat dingin, dokter berpusat ada hanya menangani sumber sakitnya saja. Hubungan ini pun tercerminlewat desain bangunan rumah sakit yang menempatkan pasien pada control yang rendah dan diharapkan bersifat pasif(veitch  & arkkelin, 1995)


B. BERBAGAI PEMAHAMAN MENGENAI KESEHATAN MENTAL
di dalam bagian ini tulisan yang ditulis pada sebelumnya bertujuan semakin mempertajam berbagai pandangan mengenai apa itu yang disebut sehat atau normal secara mental, dan sebaliknya apa yang dimaksud dengan terganggu, sakit atau tidak normal secara mental.


1.ciri – ciri tingkah laku yang normal atau sehat
 menggambarkan biasanya relative agak sulit dibanding dengan tingkah laku yang tidak normal.

Adapun ciri – ciri individu yang normal atau sehat(warga, 1983) pada umumnya adalah sebagai berikut :
1.      Bertingkah laku menurut norma – norma social yang diakui
2.      Mampu mengelola emosi
3.      Mampu mengaktualkan potensi – potensi yang dimilikinya
4.      Dapat mengikuti kebiasaan – kebiasaan social.
5.      Dapat mengenali resiko dari setiap perbuatan dan kemampuan tersebut digunakan untuk menonton tingkah lakunya
6.      Mampu menunda keinginan sesaat untuk mencapai tujuan jangka panjang
7.      Mampu pelajar dan pengalaman
8.      Biasanya gembira
Harber dan runyon (1984), menyebutkan sejumlah ciri individu yang bisa dikelompokan sebagai normal adalah sebagai berikut :
1.      sikap terhadap diri sendiri. Mampu menerima diri sendiri apa adanya, memiliki idntitas diri yang jelas,mampu menilai kelebihan dan kekurangan diri sendiri secara realistis.
2.      Persepsi terhadap realita. Pandangan yang realistis terhadap diri sendiri dan dunia sekitar yang meliputi orang lain maupun segala sesuatunya.
3.      Integrasi. Kepribadian yang menyatu dan harmonis, bebas dari konflik – konflik batin yang mengakibatkan ketidakmampuan dan memiliki toleransi yang baik terhadap stress
4.      Kompetensi. Mengembangkan keterampilan mendasar berkaitan dengan aspek fisik,intelektual ,emosional, dan social untuk dapat melakukan koping terhadap masalah – masalah kehidupan.
5.      Otonomi. Memiliki ketetapan diri yang kuat, bertanggung jawab, dan penentuan diri dan memiliki kebebasan yang cukup terhadap pengaruh sosia
6.      Pertumbuhan dan aktualisasi diri. Mengembangkan kecenderungan kea rah peningkatan kematangan,pengembangan potensi,dan pemenuhan diri sebagai seorang pribadi
7.      Relasi interpersonal. Kemampuan untuk membentuk dan memelihara relasi interpersonal yang intim
8.      Tujuan hidup. Tidak terlalu kaku untuk mencapai kesempurnaan, tetapi membuat tujuan yang realistic dan masih didalam kemampuan individu.

 2. 1. Kholil Rochman Lur. 2010. Kesehatan Mental. Purwokerto : Fajar Media Press.
.   2. Kholil Rochman Lur. 2010. Kesehatan Mental. Purwokerto : Fajar Media Press.
3. Sutardjo A. Wiramihardja. 2010. Pengantar Psikologi Abnormal. Bandung : Refika Aditama.